1.
Pendahuluan
Tarif pajak penghasilan
perorangan di US berubah dramatis selama tahun 1980an, khususnya pada kelas
atas distribusi penghasilan. Pada tahun 1980 tarif pajak marjinal tertinggi
adalah 70%. Kemudian ERTA menurunkannya menjadi 50% pada tahun 1981, dan TRA86
menurunkannya lagi menjadi 28% pada tahun 1986. Motivasinya adalah untuk
mengurangi hambatan bagi individu untuk menawarkan tenaga kerja dan menabung.
Untuk penawaran tenaga kerja, ERTA mencapai tujuan ini dengan menjalankan
program pengurangan pajak bagi pencari nafkah kedua dari rumah tangga, secara
umum, dengan mengurangi tarif pajak marjinal 23% pada setiap tingkatan tax
bracket.
Dengan variasi yang lebar
dan berpotensi bersifat eksogen pada tarif pajak marjinal, aturan pajak ini
menyediakan lahan yang subur untuk menganalisis respons perilaku individu
terhadap pajak. Bukti menunjukkan bahwa perilaku individu merespon program
insentif pajak.
Lindsey (1987) dan Navratil
(1994) menggunkaan dara pengembalian pajak dan menemukan bahwa pengurangan
tarif pajak marjinal di ERTA memiliki efek yang signifikan terhadap pendapatan
kena pajak. Feldstein (1993) dan Auten dan Carroll (1994) menemukan hasil yang
sama untuk TRA86. Burtless (1991) dan Bosworth dan Burtless (1992) mempelalajri
penawaran tenaga kerja pada kelompok demografi yang berbeda ,enggunakan data
Current Population Survey (CPS) tahun 1968-1999 dan 1968-1990, berurutan.
Mereka menemukan respons yang signifikan dalam jam kerja wanita yang sudah
menikah pada level atas dan bawah distribusi pendapatan. EISSA (1995) juga
menemukan respons yang kuat oleh wanita dengan pendapatan tinggi terhadap
program TRA86.
Paper ini meneliti apakah
wanita yang sudah menikah meresponse insetif untuk meningkatkan penawaran
tenaga kerja dalam ERTA, menggunakan data level individu daripada data agragat.
Penulis fokus pada wanita
yang sudah menikah karena dua alasan:
- ERTA secara implisit menyasar kelompok wanita yang sudah menikah (secondary earner deduction).
- Kelompok wanita yang sudah menikah dipercayai lebih responsif terhadap perubahan tarif pajak dari pada kelompok lain (pria dan wanita yang menjadi kepala keluarga).
Walaupun literature empiris
lebih sedikit yang menyepakati respons wanita yang sudah menikah secara
keseluruhan daripada kelompok lain, namun ini secara umum diterima bahwa respons
ini lebih ke keputusan partisipasi daripada keputusan jam kerja. Oleh karena
itu, penulis menggunakan dua marign yang tepisah.
Penulis menggunakan variasi
waktu dalam tarif pajak marjinal utnk mengestimasi model regresi DID (dengan
cara membandingkan perubahan penwaran tenaga kerja antara wanita dengan
penghasilan tinggi dan wanita dengan penghasilan rendah) dan model penawaran tenaga kerja standar (dimana
penawaran tenaga kerja adalah fungsi dari upah setelah pajak). Pendekatan ini
menarik karena dapat menerapkan kritik yang standar pada analisis empiris
penwaran tenaga kerja dan perpajakan. Karena variasi cross section dalam tarif pajak marginal berasal dari perbedaan
pada pendapatan dan struktur keluarga, litaratur yang telah ada menghadapi
masalah identifikasi. Memisahkan efek pajak dari efek pendapatan/struktru
keluarga yang tidak linier adalah susah pada cross section. ERTA, menghasilkan
variasi waktu yang eksogen pada tarif marjinal yang akan digunakan untuk
mengevaluasi respons penawran tenaga kerja terhadap pajak.
Dengan menggunakan data CPS
dari tahun 1981 dan 1985, penuis menemukan bukti yang lemah bahwa paritisipasi
tenaga kerja wanita dengan kelas pendapatan yang tinggi bersifat responsive
terhada pajak. Estimasi dari poin ini menyarankan bahwa dengan mengikuti ERTA,
wanita yag sudah menikah dengan pendapatan tinggi akan meningkatkan partisipasi
tenaga kerjanya hingga 2,6% poin (dari dasar oredksi 47%). Estimasi ini
menyarankan elastisitas sebesar 0,79. Untuk wanita yang bekerja, sebagian besar
respons adalah yang di antara jam kerja 20 – 49 jam per tahun, namun hal ini
diestimasi dengan impresi yang tidak mungkin untuk menyuruh tidak merespons
semua. Akhirnya, penawaran tenaga kerja standars mengestimasi partisipasi yang
diprediksi dan respons jam kerja untuk wanita dengan penghasilan tinggi yang
ada di bagian bawah dari respons yang terobservasi.
Sistematika penulisan:
1. Introductions
2.
Reviu
literature penawaran tenaga kerja dan pajak
3.
Reviu
provisi ERTA yang relevan untuk treatment
penghasilan yang diperoleh
4.
Strategi
identifikasi, pendekatan DID
5.
Data
dan hasil penawaran tenaga kerja secara dasar
6.
Hasil
regresi dan spesifikasi DID
7.
Estimasi
penawaran tenaga kerja standar
8.
Kesimpulan
2. Literatur
Reviu Penawaran Tenaga Kerja dan Pajak
2.1 Model
Penawaran Tenaga Kerja
Persamaan optimisasi utilitas untuk
model penawaran tenaga kerja dengan dua unit barang yaitu konsumsi dan leisure.
Dimana u(c, l) adalah fungsi utilitas, c adalah konsumsi barang
gabungan, l adalah leisure, wh adalah pendapatan pekerja
wanita (gaji di kali dengan jam kerja), y adalah unearned income , dan G(wh,y) utang pajak.
Turunan parsial pertama dari
utilitas terhadap leisure adalah positif, sedangkan turunan kedua adalah
negatif.
2.2 Literatur
Penawaran Tenaga Kerja Empiris
Literatur awal yang mempelajari pajak dan
penawaran tenaga kerja adalah
Para peneliti
menggunakan OLS dan 2SLS untuk mengestimasi persamaan jam kerja (Boskin 1973,
Hall 1973). Dan memukan elastisitas yang besar pada wanita yang bekerja. Killlingsworth
dan Heckman’s (1986) mengutip rentang estimasi elastisitas gaji sebesar -0.3
sampai dengan 14, dengan kecenderengan mendekati 1. Hausman (1985) mengutip
rentang estimasi 0.3 sampai dengan 2.3. Mroz (1987) menunjukkan elastisitasnya
mendekati nol untuk wanita yang bekerja, tapi keputusan berpartisipasi cukup
sensitive untuk gaji. Hausman (1981) juga menemukan hal ini dengan menggunakan
pendekatan budget nonlinier. Dengan menggunakan data cross-sectional dari Panel
Study of Income Dinamics (PSID) tahun 1975, Hausman mengestimasi
elastisitas untuk wanita yang telah menikah adalah sekitar 1. Triest (1990),
menggunakan data PSID tahun 1984 mengestimasi elastisitas penawaran tenaga
kerja total untuk wantia menikah adalah 1.1 dan untuk wanita menikah yang
bekerja adalah 0.2. Triest juga membuktikan bahwa keputusan berpartisipasi
lebih responsive terhadap perubahan gaji bersih daripada jam kerja.
Kritik terhadap model nonlinieritas budget:
- Hasilnya
sensitive terhadap spesifikasi dari prefernesi yang dipilih (Blundell dan
Meghir 1986), dan bahkan dengan spesifikasi preferensi yang sama, hasilnya
tidak dapat direplikasi dengan menggunakan dataset dan waktu yang berbeda
(MaCurdy, Green, dan Paarch 1990)
- Hambatan
yang membuat model mudah dikerjakan terlihat mengikat dan sangat mempengaruhi
hasil (Heckman 1982, MaCurdy et al 1990)
Bahkan ketika pendekatan hambatan anggaran nonlinier digunakan, model penawaran tenaga kerja struktural pun sangat sensitive terhadap spesifikasi yang dipilih (Mroz 1987)
Pendekatan alternatifnya adalah meneliti
respons wajib pajak terhadap perubahan hukum pajak (Eissa 1995, Blundell,
Duncan, dan Meghir 1995). Eissa menganalisis tingkat respons wanita menikah
dengan pendapatan tinggi terhadap pengurangan pajak di TRA86. Eissa menggunakan
pendekatan DID dan membandingkan respons penawaran tenaga kerja dari wanita
menikah pada 99/100 distribusi pendapatan CPS dan dari wanita pada 75/100 dan
90/100. Bundell et al menggunakan beberapa reformasi pajak di Inggris selama
tahun 1980an untuk mengestimasi medel struktural penawaran tenaga kerja yang
menjadikan mereka dapat membedakan efek pendapatan dan efek substitusi.
Kelebihan dari pendekatan ini adalah ketergantungan pada asumsi identifikasi
yang minimal dan transparan.
Paper ini menggunakan pendekatan
eksperimen natural.
3. Economic Recovery Tax Act of 1981
Sebelum tahun
1981, US Federal Tax menerapkan 16 income
brackets kena pajak, dengan tarif 11 -70%.
Pada income
brackets yang lebih tinggi, earned
income dikenai pajak pada tarif yang lebih rendah daripada unearned income. Tarif pajak untuk earned income adalah maksimal sebesar
50% (sesuai dengan TRA 1969). Namun pada kenyataannya, akibat adanya hukum
pajak yang rumit maka tarif pajak pada earned income dapat melebih 50%.
Sebagai tambahan pada pajak pendapatan
federal, wajib pajak menghadapi juga pajak upah jaminan sosial (sebesar 6,13%)
dan pajak negara. Walaupun tarif pajak negara dapat sebesar 16%, dapat
dikurangkannya pajak negara dari pendapatan yang kena pajak federal dapat
mengurangi evektivitas tarif pajak marjinal. Walaupun demikian, untuk beberapa
pencari nafkah kedua pada rumah tangga yang berpendapatan tinggi, tarif pajak
marjinal untuk jam kerja pertama dapat jauh melebihi tarif pajak federal 50%.
ERTA mengurangi tarif pajak marjinal
sebesar 23% dalam setiap income brackets
selama 3 tahun: 10% pada tahun 1982, 10 pada tahun 1983, dan 5% pada tahun
1984. ERTA menghapuskan pajak maksimal pada earned
income dan menetapkan tarif pajak marjinal paling tinggi adalah 50% pada
tahun 1982. ERTA juga memberikan pengurangan tarif pajak sebesar 10% untuk
pasangan suami-istri yang keduanya bekerja (sampa dengan $30.000). Tujuan dari ketentuan
ini adalah untuk mengurangi efek hambatan dari tarif pajak marjinal yang tinggi
pada pencari nafkah kedua. Akibatnya, pengurangan tersebut menyebabkan
pengurangan pajak yang besar pada pencari afkah kedua untuk golongan pendapatan
yang lebih tinggi. Pengurangan tarif pajak ini mengurangi tarif marjinal
sebesar 5% untuk pencari nafkah kedua pada income
brackets 50%, namun hanya mengurangi 1% untuk income brackets tarif 11%.
Karena kode pajak tersebut tidak
diindeks untuk inflasi selama periode itu, wajib pajak seolah-olah membayar
pajak dengan tarif income brackets
pajak yang tinggi tanpa ada peningkatan pendapatan. Mengapa penipuan income brackets sangat penting dalam
melakukan analisis:
a. Karena inflasi saat ERTA menyebabkan
harga naik sebesar 26%.
b. Karena sangat jarak ke income brackets yang lebih tinggi sangat
kecil.
4.
Strategi Identifikasi
Peneliti membandingkan perubahan dalam
penawaran tenaga kerja wanita yang sebagian besar terdampak oleh ERTA (grup treatment) dengan wanita yang sedikit
terdampak oleh ERTA (grup control) pada saat sebelum dan sesudah reformasi
pajak. Treatment-nya adalah perubahan
tarif pajak marjinal atau secara umum perubahan susunan anggaran (budget set). Tarif pajak marjinal tidak
tersedia dalam survei data. Oleh karena itu peneliti menggunakan pendapatan
sebagai proxy untuk tarif pajak
marjinal karena ERTA menetapkan pengirangan pajak yang lebih besar untuk wanita
dalam rumah tangga berpendapatan tinggi dibandingkan dengan wanita dalam rumah
tangga berpendapatan rendah.
Pemilihan grup berdasarkan distribusi
pendapatan yang berbeda menyebabkan masalah endogenitas. Jika alokasinya
dilakukan berdasarkan pendapatan keluarga, yang merespos terhadap perubahan
pajak adalah grup treatment. Bias
seleksi ini akan menyebabkan estimasi respons dan elastisitas penawaran tenaga
kerja menjadi lebih besar. Untuk mengilangkan bias ini, pemilihan treatment dilakukan berdasarkan
pendapatan rumah tangga yang lain yaitu jumlah pendapatan suami sebagai
karyawan ditambah dengan pedapatan lain selain yang diterima sebagai karyawan
yang diterima oleh rumah tangga. Peneliti memilih wanita dengan pendapatan lain
paling kecil $50.000 sebagai kelompok treatment,
dan wanita dengan pendapatan lain di antara $30.000 - $50.000 sebagai grup
kontrol. Dampak dari hukum pajaknya adalah perbedaan perubahan penawaran tenaga
kerja di antara kedua grup tersebut.
Syarat pendekatan ini adalah adanya
seleksi yang acak. Identifikasi ini juga mengasumsikan bahwa tidak ada kejutan
(shock) yang terjadi pada saat itu yang mempengaruhi outcome pasar tenaga kerja. Asumsi ini rapuh, karena pada tahun
1979 da 1987 ketidaksetaraan upah meningkat secara signifikan (Katz dan Murphy
1992). Selain itu, wanita dengan suami yang kaya cenderung memiliki pendidikan
yang tinggi daripada wanita dengan suami yang tidak kaya. Peningatan gaji untuk
individu yang terdidik akan menghasilkan respons yang sama dengan pengurangan
tarif pajak (Rosen 1976). Shock yang berkaitan dengan penawaran tenga kerja
diuji dengan memasukkan dampak dari pendidikan terhadap outcome pasar tenaga
kerja selama periode terjdainya reformasi pajak. Jika wanita dengan pendapatan
tinggi menigkatkan partisipasi kerjanya atau jam kerjanya karena adanya permintaan terhadap dirinya,
maka pengujian ini akan menghasilkan estimasi efek pajak yag lebih teliti.
Identifikasi selanjutnya, perbedaan
dalam perubahan gaji setelah pajak dari dua grup tidak nol. Gaji untuk orang
yang tidak berpartisiasi tidak tersedia. Untk menghidari memasukkan gaji
nonpartisipan, peneliti mengasumsikan perbedaan after-tax share (1-marginal
tax rate) antara dua grup tidak nol.
Bersadarkan asumsi tersebut, elastisitas
penawaran tenaga kerja untuk grup pendapatan tinggi dapat dihitung sebagai
berikut:
Dimana H adalah indeks grup treatment (pendapatan tinggi), L indeks
grup kontrol (pendapatan rendah), gamma adalah elastisitas
peawaran tenaga kerja, teta adalah tarif pajak.
5.
Data dan Hasil DID
5.1. Sampel
Data yang digunakan adalah data CPS
tahun 1981 dan 1985, untuk tahun pajak 1980 dan 1984. Tahun 1984 digunakan
sebagai periode post reformasi pajak karena ERTA melalui tahap 3 tahun dan
tahun 1983 adalah pengurangn pajak yang paling besar.
Objek sampel adalah wanita menikah
dengan umur 19 – 64 tahun. Wanita dengan usaha sendiri dikeluarkan dari sampel
karena sulit untuk menintepretasi jumlah jam kerja. Wanita yang tidak masuk
dalam tenaga kerja karena sakit atau disabilitas atau yang melaporkan jam
kerjanya lebih dari 4.160 jam dalam setahun juga dikeluarkan dari sampel.
Wanita dengan pendapatan nol atau negatif juga dikeluarkan karena wanita
seperti ini adalah pencari nafkah utama. Total sampel adalah 54.381 observasi.
5.2. Tarif Pajak Marjinal
Variabel tarif pajak marjinal adalah
jumlah pajak federal, negara, dan jaminan sosial pada pendapatan marjinal
seorang individu:
Tarif pajak federal dan state dihitung
menggunakan model NBER TAXSIM.
5.3 Penawaran tenaga
kerja.
Berikut adalah tabel hasil analisis
dasar dari partrisipasi dan jam kerja tenaga kerja wanita.
6.
Regeresi DID
Karena ada perbedaan karakteristik di
antara grup control dan grup treatment,
maka perlu dilakukan kontrol terhadap kemungkinan tersebut.
maka perlu dilakukan kontrol terhadap kemungkinan tersebut.
Berikut adalah model probit untuk variabel
partisipasi:
Persamaan jam kerja adalah sebagai
berikut:
Dimana i adalah individu, t adalah
waktu, k adalah grup, Z dan X adalah karakteristik individu, T adalah variabel
dummy (1 untuk 1984 dan 0 untuk 1980), High bernilai satu jika pendapatan rumah
tangga paling kecil adalah $50.000 (dengan tahun dasar 1980) dan bernilai nol
jika di antara $30.000 - $50.000, dan µ adalah error.
Berikut adalah hasil regresi untuk
variabel partisipasi tenaga kerja.
Berikut adalah hasil regresi variabel
jam kerja tahunan.
7.
Estimasi Penawaran Tenaga Kerja
Peneliti berargumentasi bahwa pendekatan
DID lebih disukai untuk mengestimasi persamaa penawaran tenaga kerja karena
tidak tergantung pada apapun ukutan gaji bersih.
Persamaan partisipasi angkatan kerja
adalah sebagai berikut:
Tabel hasil regresi dari persamaan
tersebut adalah sebagai berikut:
Sedangkan persamaan jam kerja tahunan
adalah sebagai berikut:
Dan hasil regresinya adalah sebagai berikut:
8.
Kesimpulan
a.
Ditemukan
bukti yang lemah bahwa partisipasi tenaga kerja dari wanita menikah dengan
pendapatan tinggi bersifat responsif terhadap pajak. Nilai estimasi menunjukkan
bahwa akibat adanya ERTA, wanita menikah dengan penghasilan yang tinggi meningkatkan
partisipasi tenaga kerjanya 2.6% (dari prediksi 47%). Nilai elasitisitasnya
diestimasi sebesar 0.79. Untuk wanita yang bekerja, responsna adalah 20 sampai
49 jam per tahun, namun nilai ini diestimasi dengan tidak presisi sehingga
tidak dapat disimpulkan bahwa wanita yang bekerja tidak sepenuhnya merespons
ERTA.
b.
Nilai
estimasi Standard Labor Supply
memperkirakan respons partisipasi dan jam kerja untuk wanita dengan pendapatan
tinggi pada level yang rendah.
c.
Perbedaan
hasil DID dan standard model
disebabkan oleh kesalahan pengukuran tarif pajak marjinal dan gaji kotor.
Kesalahan pengukuran ini membiaskan estimasi standar menjadi lebih rendah.
d. Hasil DID akan menjadi tidak bias jika kesalahan pengukuran bernilai nol untuk kelompok pendapatan yang telah ditentukan.
d. Hasil DID akan menjadi tidak bias jika kesalahan pengukuran bernilai nol untuk kelompok pendapatan yang telah ditentukan.
Promo www.Fanspoker.com :
ReplyDelete- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup
|| WA : +855964283802 || LINE : +855964283802 ||