Analisis Likuiditas
Selanjutnya, likuiditas jangka pendek mengacu pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek. Secara konvensional, jangka pendek dianggap periode hingga satu tahun meskipun jangka waktu ini dikaitkan dengan siklus operasi normal suatu perusahaan. Risiko likuiditas perusahaan dipengaruhi oleh kapan arus kas masuk dan arus kas keluar terjadi serta prospek arus kas untuk kinerja masa depan.
Analisis likuiditas diarahkan pada aktivitas operasi perusahaan, kemampuan untuk menghasilkan keuntungan dari penjualan produk dan jasa, serta persyaratan dan ukuran modal kerja. Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. (Subramanyam, 2013).
Likuiditas perusahaan diukur dengan beberapa cara. Salah satu cara yang umum dan mudah digunakan adalah mengukur rasio lancar dan rasio cepat. Rasio lancar diukur dengan membandingkan aset lancar perusahaan dengan kewajiban lancar perusahaan sedangkan rasio cepat diukur dengan membandingkan aset lancar yang paling likuid (kas, investasi jangka pendek, dan piutang) dengan kewajiban lancar. Rasio lancar digunakan dalam dalam analisis likuiditas disebabkan antara lain karena mudah dipahami, mudah dihitung, dan datanya tersedia. Penggunaan rasio ini juga juga berasal dari kecenderungan kreditor memandang situasi kredit sebagai upaya terakhir (Subramanyam, 2013).
Rasio-Rasio Yang Berkaitan dengan Analisis Likuidas
Berdasarkan berbagai rasio sebagaimana ditunjukkan dalam tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara umum perusahaan memiliki masalah likuiditas dalam lima tahun terakhir. Walaupun kesimpulan ini mesti diuji dan dibandingkan dengan rasio lain dan dengan rasio milik perusahaan lain serta rata-rata perusahaan di industri telekomunikasi.
Hasil analisis menunjukan rasio lancar perusahaan pada tahun 2016 adalah 0,47 artinya perusahaan memiliki Rp0,47 aset lancar untuk setiap Rp1 kewajiban lancar yang harus dipenuhi. Dibanding tahun-tahun sebelumnya, angka ini merupakan rasio lancar yang kecil. Rasio lancar terbesar perusahaan dicapai pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,86.
Sama halnya dengan rasio lancar, rasio cepat cenderung berfluktuasi selama tahun terakhir.Rasio cepat pada tahun 2012 sebesar 0,16, dan menurun menjadi 0,15 pada tahun 2016. Sebaliknya, modal kerja yang merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban lancar justru menunjukkan peningkatan pada tahun 2016 bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tercatat modal kerja sebesar Rp. 7,670 trilyun, naik dari tahun 2012 yang hanya sebesar Rp. 5,081 trilyun.
Jumlah hari yang dibutuhkan untuk menagih piutang mengalami fluktuasi selama kurun waktu 5 (lima) tahun. Meskipun fluktuatif, namun dapat dikatakan masih tetap stabil karena simpangannya tidak terlalu besar. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menjual persediaan cenderung meningkat yang semula pada tahun 2012 dibutuhkan 16,78 hari untuk menjual persediaan meningkat menjadi 20,90 hari yang dibutuhkan untuk menjual persediaan pada tahun 2016. Waktu yang dibutuhkan untuk menagih piutang dan untuk menjual persediaan perlu mendapat perhatian mengingat terus terjadi peningkatan penagihan dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini berkorelasi dengan perputaran persediaan dan perputaran piutang yang trennya mengalami penurunan dari tahun 2012 ke 2016.
Selanjutnya, likuiditas jangka pendek mengacu pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek. Secara konvensional, jangka pendek dianggap periode hingga satu tahun meskipun jangka waktu ini dikaitkan dengan siklus operasi normal suatu perusahaan. Risiko likuiditas perusahaan dipengaruhi oleh kapan arus kas masuk dan arus kas keluar terjadi serta prospek arus kas untuk kinerja masa depan.
Analisis likuiditas diarahkan pada aktivitas operasi perusahaan, kemampuan untuk menghasilkan keuntungan dari penjualan produk dan jasa, serta persyaratan dan ukuran modal kerja. Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. (Subramanyam, 2013).
Likuiditas perusahaan diukur dengan beberapa cara. Salah satu cara yang umum dan mudah digunakan adalah mengukur rasio lancar dan rasio cepat. Rasio lancar diukur dengan membandingkan aset lancar perusahaan dengan kewajiban lancar perusahaan sedangkan rasio cepat diukur dengan membandingkan aset lancar yang paling likuid (kas, investasi jangka pendek, dan piutang) dengan kewajiban lancar. Rasio lancar digunakan dalam dalam analisis likuiditas disebabkan antara lain karena mudah dipahami, mudah dihitung, dan datanya tersedia. Penggunaan rasio ini juga juga berasal dari kecenderungan kreditor memandang situasi kredit sebagai upaya terakhir (Subramanyam, 2013).
Rasio-Rasio Yang Berkaitan dengan Analisis Likuidas
Satuan
|
Ukuran
|
2012
|
2013
|
2014
|
2015
|
2016
|
Rasio
|
Rasio lancar
|
0.42
|
0.74
|
0.86
|
0.64
|
0.47
|
Rasio
|
Rasio cepat
|
0.16
|
0.34
|
0.53
|
0.27
|
0.15
|
Kali
|
Perputaran Piutang
|
27.78
|
16.75
|
12.46
|
13.40
|
17.04
|
Kali
|
Perputaran Persediaan
|
21.45
|
30.43
|
32.54
|
29.72
|
17.22
|
Hari
|
Jumlah hari untuk menagih
piutang
|
12.96
|
21.50
|
28.89
|
26.87
|
21.13
|
Hari
|
Jumlah hari untuk menjual persediaan
|
16.78
|
11.83
|
11.06
|
12.11
|
20.90
|
Hari
|
Perkiraan periode konversi
|
29.74
|
33.33
|
39.95
|
38.98
|
42.03
|
Persen
|
Kas terhadap aset lancar
|
0.22
|
0.23
|
0.52
|
0.33
|
0.21
|
Persen
|
Kas terhadap kewajiban
lancar
|
0.09
|
0.17
|
0.45
|
0.21
|
0.10
|
Rp
milyar
|
Modal kerja
|
(5,081.01)
|
(2,086.93)
|
(2,088.53)
|
(5,596.63)
|
(7,670.18)
|
Hari
|
Jumlah hari untuk membayar
utang dagang
|
17.37
|
22.99
|
24.24
|
10.68
|
17.37
|
Hari
|
siklus perdagangan bersih rata rata
|
12.37
|
10.34
|
15.71
|
28.30
|
24.67
|
Berdasarkan berbagai rasio sebagaimana ditunjukkan dalam tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara umum perusahaan memiliki masalah likuiditas dalam lima tahun terakhir. Walaupun kesimpulan ini mesti diuji dan dibandingkan dengan rasio lain dan dengan rasio milik perusahaan lain serta rata-rata perusahaan di industri telekomunikasi.
Hasil analisis menunjukan rasio lancar perusahaan pada tahun 2016 adalah 0,47 artinya perusahaan memiliki Rp0,47 aset lancar untuk setiap Rp1 kewajiban lancar yang harus dipenuhi. Dibanding tahun-tahun sebelumnya, angka ini merupakan rasio lancar yang kecil. Rasio lancar terbesar perusahaan dicapai pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,86.
Sama halnya dengan rasio lancar, rasio cepat cenderung berfluktuasi selama tahun terakhir.Rasio cepat pada tahun 2012 sebesar 0,16, dan menurun menjadi 0,15 pada tahun 2016. Sebaliknya, modal kerja yang merupakan selisih antara aset lancar dengan kewajiban lancar justru menunjukkan peningkatan pada tahun 2016 bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Tercatat modal kerja sebesar Rp. 7,670 trilyun, naik dari tahun 2012 yang hanya sebesar Rp. 5,081 trilyun.
Jumlah hari yang dibutuhkan untuk menagih piutang mengalami fluktuasi selama kurun waktu 5 (lima) tahun. Meskipun fluktuatif, namun dapat dikatakan masih tetap stabil karena simpangannya tidak terlalu besar. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk menjual persediaan cenderung meningkat yang semula pada tahun 2012 dibutuhkan 16,78 hari untuk menjual persediaan meningkat menjadi 20,90 hari yang dibutuhkan untuk menjual persediaan pada tahun 2016. Waktu yang dibutuhkan untuk menagih piutang dan untuk menjual persediaan perlu mendapat perhatian mengingat terus terjadi peningkatan penagihan dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini berkorelasi dengan perputaran persediaan dan perputaran piutang yang trennya mengalami penurunan dari tahun 2012 ke 2016.
No comments
ruang diskusi: